01 July 2012

Surat untuk Kekasihku di Bandung



Malam ini aku tuliskan surat untuk kekasihku di Bandung. Surat pengakuan rasa bersalah dan membuka pekung. Surat ini aku tuliskan untuk aku layangkan merentasi Selat Melaka. Biar titis hujan di atas kertasnya menjadi tanda air mata yang gagal diseka. Betapa selama ini aku sangkakan sendiri-sendiri di Kuala Lumpur sudah mencukupi. Ternyata aku hanya sesosok orang yang terlalu banyak terdera sepi.

Kekasihku, kalau saja bulu matamu gugur itu tanda aku merinduimu. Kalau saja hatimu resah itu tanda aku sedang bimbangkan kamu. Kalau saja alis matamu bergetar itu tanda aku separuh mati belajar bersendiri.

Kekasihku, bayu dingin Gunung Tangkuban Parahu biarlah membekukan hatimu. Biarkan hatimu enggan cair pada pacar lain di kota Bandung. Lava panas di Kawah Ratu biarlah menghangatkan ingatanmu kepadaku. Biar ingatannya hanya untuk aku di kota Malaysia.

Kekasihku, hiruk pikuk Pasar Baru biarlah menghilangkanmu dalam ramai. Tapi jangan sesekali menyesatkanmu untuk kembali ke tanah melayu. Lampu neon Paris Van Java biarlah menerangi malam-malammu. Tapi jangan sampai membutakan mata matamu untuk melihat aku di seberang sini.

Kekasihku, biarpun surat ini tidak berbalas tinta, tetapi memadai untuk menyampai kisah hati. Kisah rindu tidak tertanggung kepada kekasihnya di Bandung. Berkirimkan doa rindu Nabi Yusof kepada Zulaikha. Bersama salam untuk Allah menjagamu selalu...


1 Juli 2012
Kuala Lumpur